Kita seharusnya bagaimana?
20 oktober 2017
Kita seharusnya bagaimana?
“perlawanan melawan
asumsi-asumsi dari mulut-mulut mereka yang hanya sekedar berkicau, ataukah
penjajahan yang kita lakukan sendiri dengan melawan setiap argument mereka yang
mencoba memperbaiki ~ sungguh saya takut tersesat”
_Sally mencoba curhat
---------------------
Senantiasa bertahan di organisasi itu, apalagi organisasi yang cukup
menyesakkan bagi kita karena celotehan orang-orang serta kritik-kritik yang
sifatnya masih subjectif itu. Nah itu lah rasa jenuh dan sifat menyerah sering
kali menghantui. Apakah ada yang salah di diri kita? ia kita salah karena tak
berani mengemukakan langsung bahwa itu tak benar, bahwa itu tak sesuai dengan
realita yang ada. Ingat kebenaran ada di materi itu sendiri (huhuhu).
kelemahan di diri kita itulah, yang seharusya kita perjuangkan bersama-sama
dan memerlukan seseorang untuk sesekali bersandar baik di bahu maupun di
pundaknya, setidaknya dengan sedikit bercerita bareng mampu membuat setiap masalah
yang ada menjadi ringan, siapa yang tau kalau solusi yang dimunculkan itu tepat
untuk dijalani, ya siapa yang tau J hanya tuhan yang tau, kita hanya perlu terus berpraktek
dan berpraktek dibarengin dengan perbaikan yang terus kita lakukan.
Niat perbaikan yang kita lakukan tidak semerta-merta dapat diterima begitu
saja dengan kawan kolektif kita, tanpa dibuktikan dengan kerja keras dan
kesabaran untuk terus dilakukan dan mampu disadarkan, cara penyadaran ini pula yang begitu rumit
untuk dilakukan terutama bagi diri saya sendiri, saya akui itu, karena ingat
kita ini makhluk tuhan, makhluk yang berpikir dan makhluk yang aneh! saya rasa seperti itu. Aneh dalam perlakuan yang
direspon cepat bagi mereka para makhluk yang awalnya niat kita baik untuk
kebaikan mereka, tapi justru dianggap salah oleh mereka.
Oleh karena itu, dimulai dari diri sendiri untuk mengajak yang sekiranya
saya anggap sebagai kawan kolektif (yakni IMMawati) dalam berjuang mari bersama-sama mewujudkan apa yang
sebenar-benarnya yang kita inginkan bersama. Jika mempelajari hatimu yang akan
menjadikan perlakuan diri ini lebih manusiawi dan berempati kepadamu itu
seperti apa dan apa yang saya harus lakukan? tolong di sampaikan, tak mengapa
jika itu pahit, karena saya tau kita ini sama-sama perempuan, perempuan itu
takut dikhianati dan khawatir kehilangan dan ditinggalkan pasti itu. tapi hal
yang lebih istimewa di diri kita adalah mampu mendidik yang sekiranya kita
mampu untuk jalankan jika mau berusaha disinilah letak keindahannya. dan ketika kamu (IMMawati)
menangis, seengga’nya kamu berada dalam pelukan minimal seorang sahabat yang siap menemanimu dalam duka. Tak
perlu khawatir, dia, mereka, kami dan saya siap setia menemani.
Berawal dari sanalah, setidaknya kita mampu menempatkan diri kita bagaimana
seharusnya, ini saya tidak mencoba menggurui loh yah, saya hanya mencoba
meluapkan curhatan saya (hehe) karena saya tak tau juga ada apa dengan diri
ini sebenarnya?, Oleh karena itu, kalau memang ada masalah ayo kita selesaikan baik itu secara
individu maupun bersama dengan beberapa kawan, karena tak enak pastinya kalau
saling memendam, karena mendem itu tak enak guys #apasih? :)
Bayangkan (bayangin sek) kita seringkali berkoar-koar ini
- itu, masalah penindasan lah, perjuangan lah, kolektifitaslah
tapi didalam diri kita sendiri tak mampu menerapkan itu, berarti memang
benar-benar ada yang salah dengan Diri kita, atau ada yang salah dengan apa yang kita
lakukan selama ini didalam organisasi dengan mengatasnamakan itu adalah
perjuangan. saya rasa bukan disitu, tapi kerja-kerja kitalah yang perlu kita
koreksi. dan saya rasa nyanyian yang sering kita dendangkan pun tak memiliki
makna berarti jika diri sendiripun tak bisa menerapkan dan memahami dengan
penuh arti yang ada di setiap syair dan baitnya. Setiap orasi dan karangan
puisi-pun luntur seketika karena hanya berisikan niat setengah-setengah atau
bahkan karena paksaan dari para penyair dan oratornya. Rasa kekeluarga-pun menjadi bahan omongan adanya permasalahan itu,
kekeluargan dan rasa memiliki yang seperti apa yang sekarang coba
kita buktikan? atau kah memang sudah tak ada rasa itu
diantara kita, ataukah hanya bisik-bisik tetangga yang sering kali terlintas
ditelinga ini?,
jujur diri ini begitu lelah dan seakan itu menyiksa tubuh ini hanya karena
omangan yang tak berdasar dari setiap kata yang keluar dari mulut mereka yang
hanya sekedar memandang luar atau bahkan tak ada bentuk perbaikan dari mereka
yang sebenarnya seperti apa, ataukan memang benar di tubuh tataran kita ini
yang menjabat benar-benar telah luput dan luntur dalam menjalankan kerja-kerja
yang seharusya dan bersikap sebagaimana mestinya, pikiran saya kacau, tak
mengerti apa yang sebenarnya terjadi?
Tolong tunjukkan jalan yang sebenarnya, diri ini masih
terbilang mudah untuk memahami hal yang demikian, apalagi soal berpraktek dalam
mencoba mengorganisir massa. minimal dimulai dari internal kita, mari senantisa berpraktek
dibarengin dengan niat dan rasa ikhlas serta saling percaya antar elemen yang
ada, tak lupa pula terus bersabar mengahadapi orang terutama seperti sally. Seseringnya
menkritik jika itu memang salah tak perlulah kita seperti orang-orang yang tak
seharusnya dicontoh misal membicarakan dibelakang atau apalah namanya itu, mari
kita saling memperhatikan dengan menebarkan sikap dari dalam diri sendiri tanpa
mencoba menjadi orang lain.
Ya, kita memberika perhatian dengan cara kita sendiri tanpa memperdulikan apa yang
dibicarakan orang lain tentang kita, setidaknya kamu dan saya yang paham apa
yang kita lakukan itu benar. Tetap istiqomah dan saling tolong-menolong dalam
setiap penjalanan kerja kita sehingga tercipta tujuan yang diinginkan. Amin.
Komentar
Posting Komentar